Kamis, 04 September 2008

Tuhan itu ada

Hari ini tauziah shalat tarawih di mushalla dekat rumah saya benar-benar menyentuh hati. Khutbah kali ini antara lain mengupas hal-hal tentang ke-Esaan Tuhan.
Di tulisan ini saya tidak akan menguraikan secara detail mengenai isi kajian tersebut, namun saya ingin sedikit sharing sebuah cerita yang disampaikan oleh seorang ustadz muda yang menurut saya cukup menarik untuk dijadikan bahan renungan/instropeksi.
Cerita yang dibawakan oleh ustadz tadi adalah mengenai dua orang yang memperdebatkan apakah Tuhan itu memang benar-benar ada di dunia ini. Cerita berawal dari percakapan ringan antara tukang cukur dan pelanggannya di sebuah ‘warung’ potong rambut atau bahasa kerennya barber shop. Berhubung suasana di dalam barber shop begitu nyaman ber-AC, si pelanggan yang (mungkin) keasyikan kepalanya dipegang-pegang dan dielus-elus oleh tukang cukur tak kuasa menahan kantuk. Dengan ‘damainya’, kepalanya terangguk-angguk. (Mungkin) karena merasa jenuh tak ada teman ngobrol, akhirnya tukang cukur itu iseng-iseng bertanya kepada si pelanggan.
“Bapak percaya nggak kalau Tuhan itu benar-benar ada di dunia ini?”.

“Saya sangat percaya bahwa Tuhan itu benar-benar ada”, jawab si pelanggan dengan mantap.
“Kalau saya nggak percaya Tuhan itu benar-benar ada. Coba Bapak pikirkan, kalau emang Tuhan itu benar-benar ada, pasti nggak ‘kan ada orang miskin, orang kelaparan, orang sakit-sakitan, orang susah, bencana alam dan segala macam musibah di dunia ini”, kata tukang cukur mencoba menguatkan argumennya.
Si pelanggan senyum-senyum aja mendengar argumen tukang cukur tadi. Otaknya ‘berputar’ mencoba mencari jawaban yang paling tepat dan kalau bisa berbobot ‘high’ untuk mementahkan argumen lawan bicaranya.
Karena merasa perkataanya tak digubris oleh si pelanggan, tukang cukur tadi dengan bangganya berujar kembali, “kalau begitu betul kan Pak, bahwa Tuhan itu nggak ada”.
*****
Karena proses cukur-mencukur telah selesai, setelah membayar ongkos potong, maka si pelanggan berlalu meninggalkan barber shop tadi meskipun masih merasa belum puas karena belum bisa membalas argumen tukang cukur tersebut.
Ketika hendak membuka pintu, ia melihat di luar sana ada orang gila dengan penampilan amburadul, rambut dan jambang dibiarkan memanjang seenaknya, berjalan menimang boneka sambil mulutnya komat-kamit. Melihat hal itu, timbullah sebuah ide untuk menanggapi argumen si tukang cukur. Berbaliklah ia menuju si tukang cukur dan kemudian berkata, “lihatlah penampilan orang gila di luar sana. Setelah saya perhatikan penampilannya, ternyata saya baru sadar kalau di dunia ini tidak ada yang namanya tukang cukur”.
“Koq Bapak bisa mengambil kesimpulan seperti itu”, jawab tukang cukur agak kesal.
“Kalau benar di dunia ini ada tukang cukur, maka rambut dan jambang orang gila itu tidak akan dibiarkan amburadul tak karuan”.
“Itu salah dia sendiri. Kalau dia mau ke sini, saya pasti bersedia merapikan rambutnya dengan model apapun yang saya bisa”, balas si tukang cukur.
“Nah, kalau begitu berarti selama ini argumenmu bahwa Tuhan itu tidak ada salah besar”, kata si pelanggan.
“Koq bisa begitu?”.
“Tuhan itu ada dan akan tetap ada. Masalah ada orang miskin, orang kelaparan, orang sakit-sakitan, orang susah, bencana alam dan segala macam musibah adalah semacam ujian atau cobaan dari Tuhan bagi makhluk-Nya. Tuhan sedang menguji kita, apakah dalam keadaan seperti itu kita mau mendekatkan diri dan ingat kepada-Nya atau tidak. Layaknya orang gila tadi, jika dia mau mendatangi (mendekati) barber shop dan meminta agar rambut dan jambangnya dirapikan, pasti rambut dan jambangnya akan rapi. Begitu juga kita, jika kita mau mendekatkan diri kepada Tuhan niscaya kita akan hidup penuh kedamaian dan kebahagiaan. Asal kita mau berusaha dengan keras, bersyukur dan berdoa niscaya Tuhan akan mendengar dan memberikan apa yang kita inginkan”.
Mendengar jawaban dari si pelanggan, tukang cukur tadi mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Setelah merasa tak ada beban bersemayam di otaknya, si pelanggan tadi meninggalkan barber shop dengan senyum mengembang di bibirnya.
*****
Jadi kepikiran, sudahkah selama ini saya benar-benar dekat dengan Tuhan??

Tidak ada komentar: