Rabu, 06 Agustus 2008

SAWAHLOENTO-KU


Banyak yang bertanya dimana itu Sawahlunto? Pertanyaan yang wajar, mengingat Bukit Tinggi lebih tersohor jika bicara soal objek wisata. Jika anda sampai di Sawahlunto rasa takjub anda akan muncul tiba-tiba, seolah tak percaya, sebuah kota tua dengan ribuan cerita di belakangnya.

Jika tengah malam kita memasuki Sawahlunto, kota tua di tengah indahnya belantara Sumatra. Menyibak hutan dan masuk ke kota Sawahlunto bagaikan sebuah adegan menemukan sebuah kota tua yang hilang. Tiang menjulang setinggi 80 meter seolah menjadi Monasnya Sawahlunto, bangunan itu dulu adalah cerobong pembangkit listrik tenaga uap peninggalan Belanda. Hari ini cerobong itu berubah fungsi menjadi menara mesjid agung Nurul Islam, letaknya persis di depan rumah dinas Walikota Sawahlunto yang dulu merupakan rumah residen belanda.

Sawahlunto awalnya hanyalah sebuah kampung kecil, dikelilingi hutan belantara, bukit-bukit yang saling sambung menyambung dengan dataran rendah yang sempit. Tata letak kotanya seperti wajan penggorengan, beberapa orang lebih memilih kata kuali untuk menggambarkannya. Letaknya terisolir, penduduknya saat itu diperkirakan hanya 500 orang. Karena diselubungi hutan belantara kampung ini seolah tak berpenghuni. 1870 kondisi ini berubah, berbondong-bondong petinggi Belanda datang ke kampung kecil di tengah hutan ini. Perut Sawahlunto ternyata mengandung emas hitam, Batubara dalam jumlah yang luar biasa banyaknya dan kualitas konon terbaik di asia. Batubara adalah emas hitam yang bisa menjelma menjadi gulden Batubara siap ditambang. Belanda rakus memutar otak, didatangkannya orang-orang pribumi tahanan dari banyak penjara di seluruh Nusantara, mereka dipaksa kerja, mereka dijadikan “Orang rantai”, orang dengan leher, tangan dan kaki terikat rantai. Kerjaan Belanda mendatangkan pekerja dari seluruh pelosok negeri ini membuat Sawahlunto kini tak ubahnya seperti Indonesia kecil, multi etnis tinggal, hidup rukun di kota ini.

Tanggal 1 Desember 2008 yang akan datang, Sawahlunto akan memperingati hari ulang tahunnya yang ke 120. Sudah tua memang, tapi Kita bisa melihat kerukunan dan kekompakan masyarakatnya pada acara yang disebut “Makan Bajamba”, acara makan bersama seluruh warga kota ini selalu meriah, bayangkan… puluhan ribu orang rukun berkumpul penuh tawa, makan bersama dengan menggunakan pakaian adat ciri khas suku dan budaya mereka masing-masing.

Jika ada tempo, mampirlah ke Sawahlunto. Lokasi bekas tambangnya kini telah jadi lokasi wisata. Wisata di Waterboom, memasuki perut bumi melalui terowongan tua Mbah Suro, Melihat “Gudang ransum” tempat memasak bagi para petambang, Bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial Belanda, museum kereta api hingga pengrajin tenun Silungkang yang tersohor adalah objek cantik bagi para photografer yang haus objek menarik.

Untuk Anda yang doyan makan, Dendeng Batokok, soto si Au dan Nasi Sup Pak Jhon pasti akan membuat Anda ketagihan, atau berziarah ke makamnya Prof. Mr. H Muhammad Yamin, Perumus Pancasila itu lahir dan dimakamkan di Talawi .
Sawahlunto, cocok untuk Anda yang tak sekedar ingin menikmati keindahan panorama alam tetapi juga mendambakan sebuah petualangan ala Indiana Jones.

Sawahlunto-ku, My City My Home.

Tidak ada komentar: